Dalam perspektif teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, manusia, termasuk anak-anak, belajar segala sesuatu dengan meniru orang lain. Dewasa ini, media massa telah menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak, termasuk buku-buku anak yang memiliki bermacam pilihan cerita. Dengan demikian, anak-anak bukan lagi hanya belajar dengan meniru orang lain yang berada dalam kehidupan nyata, tapi anak-anak juga belajar meniru dari buku-buku yang dibacanya.
Buku dengan pesan moral yang baik akan mengajarkan anak pada hal-hal yang baik sehingga membentuk karakter yang baik. Buku anak yang baik biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik seperti persahabatan, penghargaan, penghormatan, keberanian, kemandirian dan nilai-nilai dasar dalam pembentukan karakter lainnya. Pada buku anak, nilai-nilai tersebut dikemas dalam alur cerita yang dapat dimengerti anak dan dikombinasikan dengan desain ilustrasi yang menarik perhatian anak.
Dalam alur cerita, secara tidak langsung buku mengenalkan konsep yang disebut oleh Albert Bandura sebagai reward dan punishment dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks buku bacaan, alur cerita mengajarkan anak konsekuensi apa yang didapatkannya jika ia melakukan atau tidak melakukan suatu hal. Anak-anak cenderung akan mengulang sebuah tindakan jika ia sudah tahu bagaimana cara dan rasa mendapatkan reward.
Pengulangan tindakan inilah yang dimaksud oleh Socrates dalam Nicomachean Ethics sebagai ’Kebiasaan’. Ia juga mengatakan bahwa, perkembangan karakter sesorang terjadi, paling tidak merupakan hasil dari kebiasaan. Semakin sering sebuah tindakan dipraktekan, seperti bagaimana anak berpikir, merasakan, dan bertindak, maka akan terbangun karakter berpikir, merasa dan bertindak dalam cara yang demikian.
Selain melalui pesan moral yang terkandung dalam buku anak, pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh tokoh yang ada di dalam buku. Pada saat membaca atau dibacakan buku, anak akan merasa terlibat dalam alur cerita dan merasa berteman dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, terutama tokoh utama.
Anak akan ikut sedih ketika serigala menelan nenek si kerudung merah. Anak akan merasa tegang ketika sang pangeran bertarung dengan naga raksasa yang jahat untuk menyelamatkan putri raja. Anak juga bisa merasa senang ketika si beruang kecil yang tersesat bertemu kembali dengan Mama-Papanya.
Seperti dalam pertemanan di kehidupan nyata, ketika anak berteman dengan tokoh di dalam buku, ia juga akan belajar bagaimana temannya menyelesaikan masalah, memperlakukan orang lain, atau mengucapkan kata-kata. Kemudian anak akan meniru apa yang dilakukan temannya atau tokoh di dalam buku ke dalam kehidupan nyata.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu anak-anak dapat meniru tokoh protagonis dan tokoh antagonis dengan sama baiknya. Tokoh protagonis yang baik akan mempengaruhi perkembangan karakter baik dalam diri anak. Begitu pula tokoh antagonis yang buruk tabiatnya. Di sinilah peran orang tua dan pendidik, untuk mengarahkan anak-anak agar ’berteman’ dengan tokoh-tokoh yang baik, sehingga karakter anak yang terbentuk pun menjadi karakter yang baik.
Pada akhirnya, pemilihan buku anak harus dilakukan dengan kesadaran karakter seperti apa yang akan dibentuk oleh buku anak tersebut. Banyaknya pilihan buku anak yang beredar di toko buku menuntut orang tua dan pendidik untuk cerdas memilih buku berdasarkan pertimbangan isinya, ini lebih penting daripada harga yang tercantum pada sampul luarnya.
“Buku anak yang baik biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik seperti persahabatan, penghargaan, keberanian, penghormatan, kemandirian dan nilai-nilai dasar dalam pembentukan karakter lainnya.”
Tips memilih buku anak
1. Memiliki pesan moral yang baik, seperti persahabatan, kasih sayang, kemandirian, dan
penghargaan.
2. Sesuai dengan minat anak.
3. Memiliki kualitas fisik yang baik, kertas tidak mudah sobek dan tidak melukai anak.
4. Sesuaikan peruntukan buku dengan usia anak.
Sumber: Erlangga for Kids
0 komentar:
Posting Komentar