Banyak orang beranggapan bahwa menyegarkan fisik dan psikis saat libur harus dengan rekreasi ke tempat-tempat yang menarik, sehingga tidak jarang mereka jauh-jauh hari sudah merencanakan dan mempersiapkan berbagai hal untuk menjemput liburan tersebut. Mulai dari dana, perbekalan, perlengkapan, tujuan liburan, dan sebagainya. Ya, sebagian besar masyarakat kita menganggap bahwa rekreasi adalah hal-hal yang bersifat fisik, tempat-tempat lahiriah yang hanya bersifat visual (terlihat mata). Memang, dengan mengunjungi tempat-tempat yang menarik, seseorang dapat merasakan kenyamanan secara fisik maupun psikis. Namun, tentu saja kegiatan semacam ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Terlebih setelah libur masih banyak kebutuhan yang musti dipenuhi. Belum lagi kelelahan fisik yang juga tak dapat dihindarkan.

Lantas kegiatan macam apakah yang dapat memberikan kenyamanan secara fisik dan psikis namun tidak perlu mengeluarkan dana yang besar? Bila kita mau cermat, rekreasi sesungguhnya dapat dilakukan dengan mudah dan murah, yaitu rekreasi bersama buku atau membaca buku. Melalui kegiatan membaca buku, seseorang bisa melakukan rekreasi batin (psikis). Rekreasi lewat membaca buku ini dapat memperkaya jiwa atau batin pembacanya, di samping tentu saja juga memperkaya pengetahuannya.

Memang bukan merupakan sesuatu yang baru dan aneh bila banyak ditemukan buku yang dapat ’memperkaya’, ’mencerahkan’, ’menginspirasi’ pembacanya. Buku-buku yang mencerahkan ini pun juga tidak melulu buku-buku yang bertema ’berat’ dan dikemas sebagai bacaan yang serius. Namun, buku-buku yang mencerahkan ini banyak juga yang dikemas sebagai bacaan yang ’ringan’. Misalnya saja buku-buku motivasi hidup, kisah-kisah sederhana namun kaya makna, dan tentu saja buku-buku fiksi.

Buku-buku fiksi memang diciptakan untuk memberikan hiburan bagi pembacanya. Namun, buku fiksi bukanlah sesuatu yang kosong, hanya imajinasi pengarang. Di dalam buku fiksi sering pula mengandung pembelajaran/hikmah bagi pembacanya. Memang, dalam menyampaikan pembelajaran ini buku fiksi tidak mengungkapkannya secara langsung, tetapi melalui alur cerita dan tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Bagaimana tokoh-tokoh tersebut menjalani sebuah ’model’ kehidupan dengan berbagai ragam permasalahannya sekaligus pemecahannya.

Buku fiksi seringkali menjadi sebuah ’miniatur’ juga ’cermin’ kehidupan yang sesungguhnya. Dari buku fiksi inilah pembaca dapat belajar menjalani kehidupan, sebagaimana yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Misalnya saja, bagaimana menjadi guru seperti Bu Mus dalam Laskar Pelangi? Menjadi pemuda yang bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita sebagaimana Alif dalam Negeri 5 Menara? Dan masih banyak lagi. Hikmah yang disampaikan melalui cerita seringkali lebih mengena di hati daripada yang disampaikan secara langsung. Sebagaimana kebiasaan orang tua dulu yang memberikan petuah lewat cerita atau dongeng sebelum tidur.

Membaca buku dapat membuka wawasan pikiran dan menggugah perasaan pembacanya, sehingga pikiran dan hati pembaca juga akan semakin kaya. Bila pembaca bisa menikmati buku yang dibaca serta dapat mengambil ’sesuatu’ yang ada di dalamnya, bukankah hal itu dapat menjadi rekreasi yang menyenangkan? Ah, seandainya masyarakat kita menjadikan buku sebagai tempat rekreasi dalam kehidupannya, maka dapat dibayangkan bagaimana kualitas masyarakat kita. Bagaimana dengan Anda? Salam.


Sumber: Bekti Patria

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blog Percobaan Perpustakaan © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top