Sudah kita ketahui bersama bahwa buku merupakan sumber ilmu. Banyak hal baru yang dapat kita peroleh dengan membaca buku. Namun, masih banyak orang yang belum menjadikan membaca sebagai kegiatan utama dalam kehidupannya. Hal ini terlihat tidak hanya pada masyarakat umum, tetapi bahkan di kalangan pelajar. Di ruang-ruang tunggu, kendaraan, dan tempat-tempat umum lain, sangat jarang kita jumpai orang yang asyik berkutat dengan buku. Mereka akan lebih suka menghabiskan waktu dengan ngobrol atau merokok.
Kebiasaan membaca memang belum mendarah daging pada masyarakat kita. Hal ini diperparah oleh gebyar tayangan televisi, juga perkembangan perangkat IT yang memanjakan seseorang dengan berbagai fasilitas yang hanya bersifat hiburan, seperti game, facebook, dsb. Belum lagi bila harus membeli sendiri buku yang akan dibaca. Dengan penduduk 220 juta lebih, kemauan membeli buku nyaris seperti debu. Begitu kecilnya. Alasan klasik yang selalu dilontarkan seseorang ketika enggan membeli buku adalah mahalnya harga buku. Padahal, jika kita mau jeli banyak toko-toko buku atau pameran-pameran buku yang menyediakan buku-buku dengan potongan khusus (diskon), sehingga harga buku menjadi lebih terjangkau.
Tapi, benarkah harga buku mahal? Sehingga membeli buku harus selalu tersingkir dari daftar kebutuhan? Padahal, bila diamati, pola hidup masyarakat kita sangat konsumtif untuk hal lain. Sebut saja untuk mendapatkan tiket konser artis yang harganya ratusan ribu, mereka akan dengan ringan mengeluarkan uang. Juga untuk jalan-jalan ke mal, ke salon, nongkrong di kafe, membeli kaset, membeli pulsa, bahkan membeli HP dengan model mutakhir, membeli baju, sepatu, rokok, dsb. Untuk hal-hal tersebut seringkali masyarakat kita begitu royal. Padahal, jika dilihat nominalnya kebutuhan tersebut tentu lebih besar biayanya daripada harga sebuah buku. Tapi mereka selalu ada uang untuk semua itu. Sementara untuk membeli buku, mereka tiba-tiba merasa miskin, sehingga uang yang kadang tidak sampai seratus ribu sangat sayang bila harus dikeluarkan/digunakan untuk membeli buku. Jika demikian, penulis ingin menanyakan, harga buku yang mahal atau memang kita yang pelit? Ya, memang banyak orang yang merasa malu bila belum membeli dan memakai baju atau ponsel model terbaru, tetapi mereka tidak pernah merasa malu bila belum membeli dan membaca buku-buku baru. Bagaimana dengan Anda? Salam.
Sumber: Bekti Patria
Related Posts
Pelatihan TI dan Pelayanan Prima Kerjasama Perpustakaan Lombok Timur dengan Coca-Cola Foundation Indonesia
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Lombok Timur bekerjasama dengan Coca-Cola Fou[...]05Dec2012
MENJADIKAN ARSIP SEBAGAI ASSET BERHARGA
Dalam pengertian luas, arsip dapat dikatakan sebagai catatan atau dokumen, ia merupakan saksi bisu [...]20Sep2012
Buku Bukan Media Pembunuh!
Buku memang sebuah benda mati yang terlihat sangat sepele bentuknya. Buku memang sebuah benda mati[...]25Jul2012
Kiat Meningkatkan Minat Baca Ditengah Maraknya Hiburan Media Elektronik
Dalam era modern ini, dengan segala kecanggihan teknologi di segala sudut kehidupan, suatu hal yang[...]23Jul2012
ARSIP DATANG SEJARAH TERANG
Keterkaitan antara arsip dengan sejarah dapat diibaratkan seperti sumbu dengan minyak pada semuah[...]16Jul2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.