Buku memang sebuah benda mati yang terlihat sangat sepele bentuknya. Buku memang sebuah benda mati yang bisa dijadikan barang rongsogan. Buku memang menda mati yang mudah di sobek maupun di bakar semaunya. Tapi buku bukan sembarang buku. Buku adalah tempat untuk curahan hati yang gundah, sedih, senang dan bahagia bagi kita yang ingin mencurahkan semua itu di lebar halaman buku. Buku bukan sembarang buku. Buku sebagai sarana media tempat curahan dan konsep ilmu pengetahuan yang tak terbatas nilainya. Buku adalah cahaya segala cahaya untuk kemajuan jaman sepanjang masa.

Buku memang benda mati, tapi buku punya sejarah tersendiri bagi peradaban manusia di dunia ini, maka buku bukan sekedar benda mati yang tiada nilainya, buku sudah bagian dari hidup kita sehari-hari untuk segala kebutuhan pencapaian kecerdasan dan intelektual.

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).

Buku juga sebagai media tempat curahan cahaya hati untuk bisa menuju kebenaran, buku juga sebagai media tersiratnya firman-firman Tuhan, yang akhirnya berwujud Kitab Cuci firman-firman Tuhan, untuk pegangan umat manusia menuju kebenaran, menghindari kesalahan dan dosa.


Sejarah membuktikan atas jati diri Buku di kehidupan manusia

Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah.

Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsai Lun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Gutenberg perkambangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.

Jelas sudah apa yang sebenarnya Buku itu bagi kita dan peradaban. Buku sungguh mulia buat kita yang sesungguh. Buku sungguh gudang dari segala ilmu pengetahuan di kehidupan ini. Tapi mengapa buku sering pula dijadikan kambing hitam sebagai penyebab persoalan di kehidupan kita. Buku juga sering dijadikan sarana negatif buat mewujudkan kekesalan manusia maupun buat mewujudkan sebuah nilai yang dapat merusak peradaban. Sungguh malang Buku nasibmu saat ini.

Kini buku sudah dijadikan sarana yang mematikan, sebagai media pembunuh, dan bahkan sebagai tempat untuk menyembunyikan sesuatu yang membahayakan umat manusia.

Kita bisa melihat kenyataan yang baru saja terjadi di negeri ini. Buku kini menjadi alat untuk membunuh sesama manusia. Buku kini menjadi sarana dudukan bom yang menghancurkan.

Adakan kita akan terus bisa menjaga dan memanfaatkan keberadaan buku yang sesungguhnya ?. Bila bisa, mari kita manfaatkan buku dengan sebenar-benarnya untuk sesuatu nilai yang bermanfaat, bukan untuk penghacur peradaban kehidupan kita sendiri. (sumber : dbs)

Sumber: Kompasiana 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blog Percobaan Perpustakaan © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top